Minggu, 12 September 2010

Apakah boleh mencuri ilmu pengetahuan ?

Pernah suatu waktu aku mengunjungi eksibisi di Kyoto, dipamerkan beberapa perkembangan mutakhir mengenai ilmu dan teknologi pengolahan lingkungan.  Kebetulan aku jalan bersama seorang Profesor Senior dari Universitas  Ternama di Indonesia yang sangat aku hormati, khabarnya beliau sudah almarhum kini.  Sampai pada suatu meja, aku sangat tertarik untuk mengamati buku terbitan terbaru, dan mendiskusikannya dengan sang Profesor.  Beliau tampaknya sangat mengerti bahwa aku sangat tertarik dengan buku itu, aku siap membelinya, sayang di meja tertulis DISPLAY ONLY dan tidak ada arahan kemana harus memesan.

Dalam keramaian pengunjung, sang Profesor dengan santai berkata "Ambil saja, ilmu itu bila perlu harus dicuri...", beliau memasukkan buku tersebut ke tas yang aku jinjing.  Aku hanya bengong, tapi diam saja dan  seperti menyetujui lalu kami beranjak ke meja lainnya.  Kebetulan, tidak semua meja pamer ada petugas yang menunggu.  

Benarkah ilmu itu harus dicuri ? Ah mungkin benar, mungkin tidak.  Tapi namanya mencuri, tetap saja mungkin tidak diikhlaskan pemiliknya, karena kata Bang Haji dalam lagunya "mencuri menyusahkan orang...".  Buktinya, beberapa bulan kemudian kantor kami terbakar dan buku itupun ludes, untung masih sempat dicopy oleh teman-teman, sehingga saat ini aku masih pegang copynya...  Tapi memang materi bahasan dalam buku itu langka, sampai saat inipun aku masih kesukaran mencari materinya di Indonesia.

Jauh sebelum peristiwa di atas, belum lama lulus kuliah, aku bekerja di suatu pabrik Kimia memproduksi polimer Thermosetting Plastic.  Walaupun milik orang Indonesia, tetapi teknisinya adalah ekspatriat Korea.  Tidak ada satupun manual kerja yang tersedia di pabrik tersebut, sehingga siapapun akan kesulitan mengetahui formulasi dan tahapan kerja pembuatannya.  Beruntung aku waktu kuliah pernah mengambil kuliah pilihan "Teknologi Polimer", hmm...sedikit-sedikit tentang polimerisasi punya dasar teorinya.  Sementara di pabrik tersebut, Plan Manager sampai Supervisor orang Korea yang demennya ngebentak-bentak, apalagi orang Indonesianya saat itu paling tinggi cuman setingkat Diploma III dari Sekolah Tinggi tidak terkenal di Indonesia.

Setiap hari ada dua batch reaksi, semua bahan dimasukkan ke dalam reaktor atas perintah si Korea dengan bahasa Indonesia terbata-bata,  Belakangan aku juga baru tau, ternyata yang bisa berbahasa Inggris hanya Korea Plant Manager-nya saja, karena berpendidikan Sarjana,  Rupanya, Supervisor dan Foreman Korea, hanya lulusan setingkat STM kalo di negeri kita.  Bah ! rugi sekali negeri ini, padahal gaji mereka paling rendah 4000 US$ saat itu (akhir 80'an), dan orang Indonesia tertinggi cuman Rp. 4 jt.

Karena penasaran, saat itu aku masih Management Trainee, maka aku selalu nongkrong di atas reaktor setiap pagi.  Melihat dan mencatat setiap yang mereka kerjakan, detil sampai detik, membaca temperatur, tekanan uap, pH, hingga bungkus demi bungkus bahan yang dimasukkan.  Setiap cacatan aku cocokkan dengan buku teori polimer yang kupunya.  Maka jadilah sebuah tulisan mengenai proses polimerisasi thermosetting polimer lengkap dengan teori pindah panas, reaksi kimia polimerisasi, dan perekayasaannya.  Wah, memang ilmu bila perlu harus dicuri !  

Teringat pepatah di kalangan Mahasiswa di zamanku,  tentu mahasiswa miskin pastinya,  "Sangat bodoh mereka yang meminjamkan buku kepada rekannya, namun lebih bodoh lagi mereka yang mengembalikan buku pinjaman...."

Kembali ke masa lebih lama lagi, waktu aku masih mahasiswa, yang sudah pasti miskin.  Pernah suatu waktu bersama seorang rekan, kami melakukan penelitian kecil untuk Lomba Inovasi Mahasiswa.  Saat itu menggunakan bahan baku Jambu Monyet, maka perlu banyak referensi.  Sampai suatu saat, kami kesulitan menemukan nama latin Jambu Monyet yang harus ditulis di Laporan.  Pergilah kami berdua ke toko buku, mencari-cari tentang jambu monyet.  Toko buku juga tidak jauh dan kami cukup berjalan kaki.  Nah nama latin jambu monyet ada nama famili dan species, Anacardium guajava, kalo ga salah yah karena dah lama.  Karena ga punya uang, lagi pula kalo dibeli juga sayang cuman mau ngingetin nama itu doang dan beberapa komposisi kimia bahannya, lalu kami hanya ingin mencatat saja.  Wah karena buru-buru, lupa kami membawa pulpen dan kertas.  Kami bukan kriminil yang tega merobek buku, maka akhirnya kami hanya berbagai hapalan saja.... Setelah merasa hapal, lalu kami berjalan pulang.  Tapi karena pulang ngobrol lagi dengan teman itu, sampai di-kost-an, lupa lagi deh....

Nah, teman-teman apakah benar Ilmu itu boleh dicuri ?

Ada pengalaman lain lagi saat jadi konsultan pabrik di Bekasi, belum lama sih sekitar 15 tahun lalu.  Pabrik milik Jepang itu memang sudah lama ada di Indonesia, namun masih menggunakan tenaga ahli dari Jepang.  Menarik bila diperhatikan, setiap mesin rusak, maka arena kerusakan tersebut diberi tutup tenda biru.  Bukan kebetulan saat itu lagu teh Deasy yang Tenda Biru lagi negtop.  Semua perbaikan dilakukan oleh teknisi Jepang dalam tenda tertutup dan teknisi Indonesia tidak disertakan.  Semua manual mesin ditulis pakai huruf cacing, jadi tak mudah dibaca.  Saat itu aku berfikir, "bagaimana alih teknologi di negeri ini ?".  Tapi disisi lain aku juga maklum, "mereka juga kan cari makan di sini, kalo semua diberikan ke orang Indonesia, lalu mereka nganggur lagi di kampungnya yang mahal itu..."

Apa pendapat anda, apakah boleh mencuri ilmu ???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar