Senin, 30 Agustus 2010

Episode Pendek Kereta Api : Kereta Senja Utama Semarang

Kereta Api emang transportasi Rakyat.  Semasa kuliah, seingatku hanya 2 kali naik kereta, itu juga Kereta Rel Listrik (KRL) Jabotabek.  Tapi setelah menjadi pekerja, di awal tahun 90'an, aku jadi pelanggan KRL atau kadangkala kereta antar kota di Jawa.  Banyak cerita romantis, bukan cuman dapat disaksikan, tapi juga bisa anda jalani sendiri.  Asmara kereta api, perkenalan, perjodohan, malah perselingkuhan juga banyak di kereta api.

Saat aku masih  bekerja di Jawa Tengah, aku sering mondar-mandir Jakarta-Semarang, kadang naik Merpati kadang naik kereta api.  Pernah suatu malam, aku sudah duduk di kursi Kereta Bisnis Senja Utama dari Jakarta, sementara penumpang masih hilir mudik naik.  Seorang gadis manis menghampiriku dan menanyakan apa kursi di sebelahku benar No. 8A.  Aku mengangguk, tersenyum semanis mungkin, semangat karena akan melewati malam panjangku di kereta ini dengan gadis manis, pikirku.  Ia datang berdua dengan perempuan separuh baya.  Lalu gadis itu duduk di sebelahku (Kursi kereta kelas bisnis emang untuk 2 orang), dan wanita paruh baya itu di depan kami duduk berhadapan, dan sebelahnya ada juga wanita paruh baya penumpang lainnya yang telah lebih dulu duduk.  Bagi pengguna kereta Senja Utama Bisnis, mungkin paham bahwa kursi selalu diisi 2 orang dan dapat dibuat berhadapan.

Selanjutnya dua wanita paruh baya yang baru berkenalan di hadapan kami, asyik bercerita.  Lalu kamipun juga berkenalan, nama gadis disebelahku itu Tyas, dan katanya tinggal di daerah Kampung Melayu.  Gadis itu ramah dan senang bercerita, ternyata lebih muda dariku karena masih kuliah di salah satu Universitas Swasta di Jakarta, sehingga akupun sangat semangat bercerita apapun tentang diriku, hmm maklum saat itu masih lajang.  Suara tawanya yang renyah, kadang-kadang lepas begitu saja, sehingga waktu menjadi begitu cair.

Pluit peron bergema, tepat pukul 20 malam, kereta akan berangkat, terdengar announcer meminta agar semua pengantar turun.  "Mas, titip Ibu yah, ibu juga ntar turun Semarang....." katanya lirih sambil tersenyum.  Aku bengong, tapi cepat-cepat mengangguk.  Sepertinya ia tau isi hatiku, lalu lanjut berkata, "Tyas ga bisa anter Ibu ke Semarang, masih ada ujian, ma kasih banyak loh Mas....".  Lalu ia pun pamit dan bergegas turun dari gerbong.

Aku ga bisa ngomong apa-apa, cuman dapat melambaikan tangan dari jendela.  Walah, mana zaman itu belon ada HP murah (masih 21 juta harganya), dan aku lupa minta nomer telponnya.  Mau minta nomer dengan nyokapnya...? malu ah !  Pupuslah harapan ku dapet teman ngobrol  sepanjang malam Jakarta-Semarang, malah dititipin emak-emak....

Nah ni dulu kisah kereta api-ku, masih ada episode lain lebih seru.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar